“Terkadang, saat mulutpun tak kuat untuk mengeluarkan kata-kata, biarlah air mata yang mengutarakannya.” Ketik Juli tiba-tiba.
“Cerita sama aku.”
“Terkadang, aku gak bisa menahan kebohongan yang sudah berontak dari pikiranku.”
“Kebohongan macam apa?”
“Aku lelah sama Aerza, tapi aku diam.”
“Adikmu?”
“Bukan.”
“Sahabat?”
“Pacar.”
Tanganku berhenti berkerja. Mataku terpaku tak berdaya. Diam. Diam. Diam. Mencoba menahan air mata yang tak sanggup aku tahan. Cucurannya membuat aku terdiam sekejap.
“Iam tired with this situation. Iam tired with him.”
“Him?” Aku terhenyak saat membaca kalimatnya.
“Aku lupa bilang sama kamu, kalau aku bukannya tidak menyukai wanita. Hanya saja, lelaki lebih menarik perhatianku. Tapi aku lelah menjadi seperti ini. Aku ingin berubah.”